Wednesday, August 29, 2012

Secret and private life

ILoveAllaah.com wrote:

"Improve your secret and private life, and Allah will improve your public and social life. Make matters well between you and Allah, and Allah will make matters well between you and people. Work for the Hereafter, and Allah will be enough for you in your worldly concerns"

-Sufyan Ath-Thawri

Tuesday, August 28, 2012

Syukur

Prof Dr Muhaya wrote:

Apabila bangun dari tidor tadi lihat emosi kita. jika tidak bersyukur dan gembira dan tenang, lihat pada diri dan amalan. Jika kita banyak dosa dan banyak buat salah pada orang lain dan ada mengambil hak orang lain bagaimana kita akan rasa tenang dan bahagia. Jom mulakan hari dgn merenung diri dan lihat hubungan dgn Allah dan dgn manusia. Jika ada didalam hati kita perasaan negatif pada sesiapa dan dalam keadaan degil pada Allah jom ubah. Kaum wanita sekelian jom jaga aurat dan pergaulan. jangan tertipu dgn amalan baik kita menolong orang sedangkan kita menzalimi diri dengan engkar pada Allah. Setiap minit kita keluar bekerja dgn mendedahkan aurat bayangkan malaikat mencatit dosa. Lihat cermin hari ini dan bercakap pada diri kita bagaimana kita selamatkan diri kita dari api neraka yakni bagaiamana kita menjalani hari kita dari segi fikiran emosi dan tindakan kita dan hubungan kita dgn ALlah dan manusia

Tuesday, August 21, 2012

Puasa Syawal by: Islam Itu Indah

Islam Itu Indah shared the following link and had this to say about it:

BAGI sesetengah orang, Syawal dianggap bulan berpesta dan bersuka ria dengan jamuan dan juadah, sehingga ada yang meraikannya sebulan penuh seolah-olah puasa lenyap dalam kamus hidup mereka.

Tetapi hakikatnya, pada Syawal masih terdapat ibadat puasa iaitu 'puasa enam'. Cuma ia tidaklah menjadi suatu kewajipan seperti dalam bulan Ramadan. Bagaimanapun, ibadat sunat itu adalah kesinambungan kepada ibadat Ramadan.

Walaupun tidak berdosa sekiranya tidak dilakukan, tetapi hakikatnya puasa sunat enam hari pada bulan Syawal adalah ibadat yang penuh bermakna, malah ia amalan generasi soleh terdahulu.

Baca lagi -> http://www.harian-metro-online.com/puasa-6-syawal-sekali-dengan-qadha

BAGI sesetengah orang, Syawal dianggap bulan berpesta dan bersuka ria dengan jamuan dan juadah, sehingga ada yang meraikannya sebulan penuh seolah-olah puasa

Tuesday, August 14, 2012

Sunnah Makan terlebih dahulu Sebelum keluar Rumah untuk pergi shalat di hari Raya iedul fitri:

Belajar Adab Adab Sunnah Rasulullah saw wrote:

Sunnah Makan terlebih dahulu Sebelum keluar Rumah untuk pergi shalat di hari Raya iedul fitri:

Telah menceritakan kepada kami Qutaibah telah menceritakan kepada kami Husyaim dari Muhammad bin Ishaq dari Hafsh bin 'Ubaidillah bin Anas dari Anas bin Malik

Bahwa Nabi Shallahu 'alaihi wa sallam makan beberapa buah kurma dihari raya idul fitri sebelum keluar menuju tempat shalat.
(HR. Tirmidzi: 543, Shahih)

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Yahya berkata, telah menceritakan kepada kami Abu Ashim berkata, telah menceritakan kepada kami Tsawab bin Utbah Al Mahri dari Ibnu Buraidah dari Bapaknya berkata,

"Pada hari Iedul Fitri Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tidak keluar untuk shalat hingga beliau makan terlebih dahulu. Sementara pada hari raya kurban (Nahr) beliau tidak makan hingga kembali (dari shalat). "
(HR. Ibnu Majah: 1756, Shahih)

Dan sunnah juga yang dimakan adalah beberapa butir kurma, sebelum keluar Rumah untuk pergi shalat di hari Raya idul fitri:

Telah menceritakan kepada kami Jubarah Ibnul Mughallas berkata, telah menceritakan kepada kami Husyaim dari Ubaidullah bin Abu Bakr dari Anas bin Malik ia berkata,

"Pada hari raya Iedul Fitri Nabi shallallahu 'alaihi wasallam tidak keluar (untuk shalat Pada hari raya Iedul Fitri) hingga makan beberapa butir kurma. "(HR. Ibnu Majah: 1754, Shahih)

__________________________

• MARI JADI ORANG BAIK •

• JAGA IMAN - JAGA SHALAT - JAGA AKHLAQ - TUTUPLAH AURAT •

• follow twitter @QURANdanSUNNAH

_____________________________

Bagi yang mau ikut berpartisipasi dalam pembangunan pesantren ini, di daerah tanjolaya, Bogor, jawa barat

kami membuka untuk yang mau ikut berpartisipasi, untuk investasi akherat.

infaq bisa di salurkan ke :

Rak atas nama : MUHAMMAD AL ISLAM

BCA : 122-091-2121
BNI : 55-05-05-05-54
MANDIRI : 136-00-10-275-334
MUAMALAT : 0147-568-391
BRI : 6775-01-00-0092-507
Bank Syariah Mandiri : 270-701-7001

Dan terimakasih buat saudara(i) yang sudah ikut berpartisipasi, semoga Allah ridhai, dan memasukkan kita kedalam golongan hamba-hamba-Nya yang shaleh/shalehah. Dan memasukkan kita kedalam tempat yang di ridhai-Nya yaitu surga-Nya. aamiin

"Alif Laam Miim. Kitab (Al-Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertakwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat dan meng-infaq-kan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka."(QS Al-Baqarah : 1-3)

"Dan infaqkanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik."(QS Al-Baqarah : 195)

"Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri, (yaitu) orang-orang yang kikir." (QS. An-Nisa : 36-37)

Untuk info, dan foto lokasi pembangunan pesantren : silahkan follow twitter @Muhammadalislam

Sunday, August 12, 2012

by: Dibalik Hati Seorang Ayah: Mukjizat Sholat Dan Doa

Mukjizat Sholat Dan Doa wrote:

Dibalik Hati Seorang Ayah

By: Muhamad Agus Syafii

Seorang ayah sekalipun terkesan cuek dan tidak peduli namun selalu memiliki cinta dan kasih sayang bagi istri & anak-anaknya. Dibalik hati seorang ayah akan tahan menderita bila sakit untuk dirinya sendiri, namun tidak akan tahan disaat melihat buah hatinya yang menderita. Bahkan jika sakit itu bisa digantikannya, ayah bersedia menggantikan sakit anaknya. Itulah sosok ayah yang anaknya setiap hari selalu mengajak untuk sholat ditengah kemalasan. Ajakan itu terasa betul-betul meyengat hatinya sampai suatu peristiwa itu terjadi.

Tiba-tiba anaknya yang teramat dicintainya sakit. Perutnya mengembung. Anaknya menangis terus menerus. Tanpa berpikir panjang dirinya segera membawa anaknya ke rumah sakit. Sebagai seorang ayah tak kuasa dirinya menahan air mata. Dokter sempat mengatakan kesempatan hidup anaknya tinggal 60% saja. Tim dokter sudah dipersiapkan untuk operasi anaknya. 'Siapa yang mengatur hidup mati kita? apakah dokter itu yang mengatur? kok berani-beraninya mereka menyebutkan tinggal 60% hidup anak saya,' begitu tanyanya. Berkali-kali beristighfar memohon ampun kepada Allah namun air matanya tak dapat disembunyikan. Bergegas beliau bersama istrinya ke Rumah Amalia untuk bershodaqoh, dengan berharap keridhaan Allah bisa menyembuhkan anaknya. Keesokan harinya operasi itu dilaksanakan. lampu operasi sudah menyala. Sementara anak kecil tergeletak tak berdaya. Dia nampak sangat gelisah. Hilir mudik didepan kamar operasi. Perkataan istrinya sudah tidak digubrisnya lagi. Dirinya tak henti-hentinya berdoa, Bermacam-macam doa sudah dipanjatkan kepada Allah, tak tahu lagi harus apa yang harus dilakukan.

Tak lama kemudian seorang dokter keluar dari kamar operasi muncul didepan pintu sambil tersenyum kepadanya. 'Bapak, berdasarkan hasil pemeriksaan saya, anak bapak tidak perlu dioperasi,' Dia bersyukur takjub. Desah nafasnya terasa ringan. Air matanya bercucuran. Syukur alhamdulillah berkali-kali diucapkannya. Pada lantai rumah sakit dibersujud. Sujud syukur sambil menangis tak tertahankan. Alangkah nikmatnya rasanya menerima anugerah Allah justru disaat harapan sudah mulai menipis.begitulah Allah menguji hamba-hambaNya yang beriman. Subhanallah.."Musibah yang menimpa seseorang pada keluarga, harta, jiwa, anak dan tetangganya bisa dihilangkan dengan puasa, sholat, shodaqoh dan amar ma'ruf nahi mungkar/mengajak kebaikan mencegah keburukan."(HR. Bukhari & Muslim).

---
Sahabatku yg dicintai Allah, yuk.. aminkan doa ini agar kita terjauhkan dari bala' & bencana, "Allahumma inni a'udzubika min jahdil bala'i wa darkisy-syaqa'i wa su-il qadha'i wa syamatatil a'da'i" Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari menemui penderitaan, dari takdir yg buruk & dari keberhasilan musuh."(HR. Bukhari & Muslim).

Wassalam,
Muhamad Agus Syafii
---
Sahabatku, Alhamdulillah, terima kasih atas secercah senyuman untuk anak-anak Rumah Amalia dibulan suci Ramadhan ini, teriring doa kami bersama anak-anak Rumah Amalia, "semoga Allah melimpahkan rizki, kesehatan & keberkahan untuk anda & keluarga". Bila berkenan berpartisipasi dalam bentuk baju anak-anak, berbuka, buku atau lainnya untuk Rumah Amalia. Silahkan kirimkan ke Rumah Amalia. Jl. Subagyo IV blok ii, no. 24 Komplek Peruri, Ciledug. Tangerang 15151. Partisipasi anda sangat berarti bagi kami. Info: agus

MUST READ BY ; كلنا مسلمون (We All Are Muslims) My name is Cassie, I am 23 years old. I graduated as a qualified nurse this year and was given my first position as a home nurse.

I ♥ Muhammad wrote:

MUST READ BY ; كلنا مسلمون (We All Are Muslims)

My name is Cassie, I am 23 years old. I graduated as a qualified nurse this year and was given my first position as a home nurse.

My patient was an English gentleman in his early 80s who suffered from Alzheimer's. In the first meeting, the patient was given his record and from it I could see that he was a convert to the religion of Islam, therefore he was a Muslim.

I knew from this that I would need to take into account some modes of treatment that may go against his faith, and therefore try to adapt my care to meet his needs. I brought in some 'halal' meat to cook for him and ensured that there was no pork or alcohol in the premises as I did some research which showed that these were forbidden in Islam.

My patient was in a very advanced stage of his condition so a lot of my colleagues could not understand why I was going through so much effort for him. But I understood that a person who commits to a faith deserves that commitment to be respected, even if they are not in a position to understand.

Anyway after a few weeks with my patient I began to notice some patterns of movement.

At first I thought it was some copied motions he's seen someone doing, but I saw him repeat the movement at particular time; morning, afternoon, evening.

The movements were to raise his hands, bow and then put his head to the ground. I could not understand it. He was also repeating sentences in another language, I couldn't figure out what language it was as his speech was slurred but I know the same verses were repeated daily.

Also there was something strange, he didnt allow me to feed him with my left hand (I am left-handed).

Somehow I knew this linked to his religion but didn't know how.

One of my colleagues told me about paltalk as a place for debates and discussions and as I did not know any Muslims except for my patient I thought it would be good to speak to someone live and ask questions. I went on the Islam section and entered the room 'True Message'.

Here I asked questions regarding the repeated movements and was told that these were the actions of prayer. I did not really believe it until someone posted a link of the Islamic prayer on youtube.

I was shocked.

A man who has lost all memory of his children, of his occupation, and could barely eat and drink was able to remember not only actions of prayer but verses that were in another language.

This was nothing short of incredible and I knew that this man was devout in his faith, which made me want to learn more in order to care for him the best I could.

I came into the paltalk room as often as I could and was given a link to read the translation of the Quran and listen to it.

The chapter of the 'Bee' gave me chills and I repeated it several times a day.

I saved a recording of the Quran on my iPod and gave it to my patient to listen to, he was smiling and crying, and in reading the translation I could see why.

I applied what I gained from paltalk to care for my patient but gradually found myself coming to the room to find answers for myself.

I never really took the time to look at my life; I never knew my father, my mother died when I was 3, me and my brother were raised by our grandparents who died 4 years ago, so now its just the two of us.

But despite all this loss, I always thought I was happy, content.

It was only after spending time with my patient that felt like I was missing something. I was missing that sense of peace and tranquility my patient, even through suffering felt.

I wanted that sense of belonging and a part of something that he felt, even with no one around him.

I was given a list of mosques in my area by a lady on paltalk and went down to visit one. I watched the prayer and could not hold back my tears.

I felt drawn to the mosque every day and the imam and his wife would give me books and tapes and welcome any questions I had.

Every question I asked at the mosque and on paltalk was answered with such clarity and depth that could do nothing but accept them.

I have never practiced a faith but always believed that there was a God; I just did not know how to worship Him.

One evening I came on paltalk and one of the speakers on the mic addressed me. He asked me if I have any questions, I said no. He asked if I was happy with the answers I was given, I said yes.

He asked then what was stopping me accepting Islam, I could not answer.

I went to the mosque to watch the dawn prayer. The imam asked me the same question, I could not answer.

I then went to tend to my patient, I was feeding him and as I looked in his eyes I just realized, he was brought to me for a reason and the only thing stopping me from accepting was fear.... not fear in the sense of something bad, but fear of accepting something good, and thinking that I was not worthy like this man.

That afternoon I went to the mosque and asked the imam if I could say my declaration of faith, the Shahadah.

لا إله إلا الله محمد رسول الله (lā ʾilāha ʾillà l-Lāh, Muḥammadun rasūlu l-Lāh)

There is no god except Allah, Muhammad is Allah's messenger.

He helped me through it and guided me through what I would need to do next.

I cannot explain the feeling I felt when I said it.

It was like someone woke me up from sleep and sees everything more clearly.

The feeling was overwhelming joy, clarity and most of all.... peace.

The first person I told was not my brother but my patient.

I went to him, and before I even opened my mouth he cried and smiled at me.

I broke down in front of him, I owed him so much.

I came home logged on to paltalk and repeated the shahadah for the room.

They all helped me so much and even though I had never seen a single one of them, they felt closer to me than my own brother.

I did eventually call my brother to tell him and although he wasn't happy, he supported me and said he would be there, I couldn't ask for any more.

After my first week as a Muslim my patient passed away in his sleep while I was caring for him. Inna lillahi wa inna ilayhi rajioon.

He died a peaceful death and I was the only person with him.

He was like the father I never had and he was my doorway to Islam.

From the day of my Shahadah to this very day and for every day for as long as I live, I will pray that Allah shows mercy on him and grant him every good deed I perform in the tenfold.

I loved him for the sake of Allah and I pray each night to become an atoms weight of the Muslim he was.

Islam is a religion with an open door; it is there for those who want to enter it.... Verily Allah is the Most Merciful, Most Kind.

* note * Our sister Cassie passed away October 2010 Inna lillahi wa inna ilayhi rajioon, after she gave da'wa to her brother, who had accepted Islam Alhamdulillah

AllahuAkbar!
AllahuAkbar!
AllahuAkbar!

Salatul-istikhara

I ♥ Muhammad wrote:

BY: كلنا مسلمون (We All Are Muslims)

Often times people just do salatul-istikhara only for major decisions (i.e. marriage, etc), however the reality of the fact is that we should do istikhara for other non-marriage related items as well. From personal experience, I can tell you it puts your heart at ease.

HOW TO PRAY Salaat al-Istikhaarah ?

The description of Salaat al-Istikhaarah was reported by Jaabir ibn 'Abd-Allaah al-Salami (may Allaah be pleased with him) who said:

"The Messenger of Allaah (peace and blessings of Allaah be upon him) used to teach his companions to make istikhaarah in all things, just as he used to teach them soorahs from the Qur'aan. He said: 'If any one of you is concerned about a decision he has to make, then let him pray two rak'ahs of non-obligatory prayer, then say: Allaahumma inni astakheeruka bi 'ilmika wa astaqdiruka bi qudratika wa as'aluka min fadlika, fa innaka taqdiru wa laa aqdir, wa ta'lamu wa laa a'lam, wa anta 'allaam al-ghuyoob. Allaahumma fa in kunta ta'lamu haadha'l-amra (then the matter should be mentioned by name) khayran li fi 'aajil amri wa aajilihi (or: fi deeni wa ma'aashi wa 'aaqibati amri) faqdurhu li wa yassirhu li thumma baarik li fihi. Allaahumma wa in kunta ta'lamu annahu sharrun li fi deeni wa ma'aashi wa 'aaqibati amri (or: fi 'aajili amri wa aajilihi) fasrifni 'anhu [wasrafhu 'anni] waqdur li al-khayr haythu kaana thumma radini bihi (O Allaah, I seek Your guidance [in making a choice] by virtue of Your knowledge, and I seek ability by virtue of Your power, and I ask You of Your great bounty. You have power, I have none. And You know, I know not. You are the Knower of hidden things. O Allaah, if in Your knowledge, this matter (then it should be mentioned by name) is good for me both in this world and in the Hereafter (or: in my religion, my livelihood and my affairs), then ordain it for me, make it easy for me, and bless it for me. And if in Your knowledge it is bad for me and for my religion, my livelihood and my affairs (or: for me both in this world and the next), then turn me away from it, [and turn it away from me], and ordain for me the good wherever it may be and make me pleased with it."

(Reported by al-Bukhaari, 6841; similar reports are also recorded by al-Tirmidhi, al-Nisaa'i, Abu Dawood, Ibn Maajah and Ahmad).

Ibn Hijr (may Allaah have mercy on him) said, commenting on this hadeeth:

"Istikhaarah is a word which means asking Allaah to help one make a choice, meaning choosing the best of two things where one needs to choose one of them.

Concerning the phrase 'The Messenger of Allaah (peace and blessings of Allaah be upon him) used to teach us to make istikhaarah in all things,' Ibn Abi Jamrah said: 'It is a general phrase which refers to something specific. With regard to matters that are waajib (obligatory) or mustahabb (liked or encouraged), there is no need for istikhaarah to decide whether to do them, and with regard to matters that are haraam (forbidden) or makrooh (disliked), there is no need for istikhaarah to decide whether to avoid them. The issue of istikhaarah is confined to matters that are mubaah (allowed), or in mustahabb matters when there is a decision to be made as to which one should be given priority.' I say: it refers to both great and small matters, and probably an insignificant issue could form the groundwork for a big issue.

The phrase 'If any one of you is concerned…' appears in the version narrated by Ibn Mas'ood as: 'if any one of you wants to do something…'

'Let him pray two rak'ahs of non-obligatory prayer.' This is mentioned to make it clear that it does not mean fajr prayer, for example. Al-Nawawi said in al-Adhkaar: He can pray istikaarah after two rak'ahs of regular sunnah prayer done at zuhr for example, or after two rak'ahs of any naafil prayers whether they are regularly performed or not… It seems to be the case that if he made the intention to pray istikhaarah at the same time as intending to pray that particular prayer, this is fine, but not if he did not have this intention.

Ibn Abi Jamrah said: The wisdom behind putting the salaat before the du'aa' is that istikhaarah is intended to combine the goodness of this world with the goodness of the next. A person needs to knock at the door of the King (Allaah), and there is nothing more effective for this than prayer, because it contains glorification and praise of Allaah, and expresses one's need for Him at all times.

The phrase 'then let him say' would seem to imply that the du'aa' should be said after finishing the prayer, and the word thumma (then) probably means after reciting all the words of the salaat and before saying salaam.

The phrase 'O Allaah, I seek Your guidance by virtue of Your knowledge' is explaining 'because You know best.' Similarly, 'by virtue of Your power' most likely means 'seeking Your help.' 'I seek ability' (astaqdiruka) means 'I ask You to give me the power or ability (qudrah) to do' whatever is being asked for, or it probably means 'I ask You to decree (tuqaddir) this for me.' So it may mean making it easy.

'I ask You of Your great bounty' refers to the fact that Allaah gives out of His great generosity, but no one has the right to His blessings. This is the opinion of Ahl al-Sunnah.

'You have power, I have none. And You know, I know not' refers to the fact that power and knowledge belong to Allaah alone, and the slave has no share of them except what Allaah decrees for him.

'O Allaah, if in Your knowledge this matter…' According to one report, he should mention it by name. It is apparent from the context that he should state it, but it is probably sufficient to be thinking of the matter whilst making this du'aa'.

'Then ordain it for me' means 'make it happen for me' or it may mean 'make it easy for me.'

'Then turn it away from me, and turn me away from it' means 'so that my heart will no longer feel attached to it after it has been turned away.'

'Make me pleased with it' means 'make me content with it, so that I will never regret asking for it or be sorry that it happened, because I do not know how it will turn out, even if at the time of asking I am pleased with it.'

The secret is that one's heart should not be attached to the matter in question, because that will result in a person becoming restless. Being pleased with something means that one's heart is content with the decree of Allaah.

(Summarized from the commentary of al-Haafiz Ibn Hijr (may Allaah have mercy on him) on the hadeeth in Saheeh al-Bukhaari, Kitaab al-Da'waat and Kitaab al-Tawheed.).

Wednesday, August 8, 2012

KAPANKAH LAILATUL QADR?

I ♥ Muhammad wrote:

KAPANKAH LAILATUL QADR?

Sudah dijelaskan di atas bahwa Lailatul Qadr terjadi pada satu malam saja dari bulan Ramadhan pada setiap tahun, akan tetapi tidak dapat dipastikan kapan terjadinya [1]. Sehingga banyak hadits-hadits dan atsar-atsar yang menerangkan waktu-waktu malam, yang mungkin terjadi padanya Lailatul Qadr[2]. Di antara waktu-waktu yang di terangkan hadits-hadits dan atsar-atsar terseb
ut ialah sebagai berikut:

1. Pada Malam Pertama Pada Bulan Ramadhan.

Ibnu Katsir berkata: "Ini diriwayatkan dari Abu Razin Al 'Uqaili (seorang sahabat)" [3].

2. Pada Malam Ke Tujuh Belas Pada Bulan Ramadhan.

Ibnu Katsir berkata [4]: "Dalam hal ini Abu Dawud telah meriwayatkan hadits marfu' [5] dari Ibnu Mas'ud. Juga diriwayatkan dengan mauquf [6] darinya, Zaid bin Arqam dan Utsman bin Abi Al 'Ash [7]. Dan ini adalah salah satu perkataan Muhammad bin Idris Asy Syafi'i. Juga diriwayatkan dari Al Hasan Al Bashri. Mereka semua beralasan, karena (malam ke tujuh belas Ramadhan adalah) malam (terjadinya) perang Badr, yang terjadi pada malam Jum'at, malam ke tujuh belas dari bulan Ramadhan, dan di pagi harinya (terjadilah) perang Badr. Itulah hari yang Allah katakan dalam firmanNya:

يَوْمَ الْفُرْقَانِ

(Di hari Furqan, yaitu di hari bertemunya dua pasukan) [8].

3. Pada Malam Ke Sembilan Belas Pada Bulan Ramadhan.

Pendapat ini diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib, Ibnu Mas'ud dan Zaid bin Tsabit radhiyallahu 'anhum [9].

4. Pada Malam Ke Dua Puluh Satu Pada Bulan Ramadhan.

Sebagaimana hadits Abu Sa'id Al Khudri, beliau berkata:

اِعْتَكَفَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَشْرَ الأَوَّلِ مِنْ رَمَضَانَ, وَاعْتَكَفْنَا مَعَهُ, فَأَتَاهُ جِبْرِيْلُ, فَقَالَ: (إِنَّ الَّذِيْ تَطْلُبُ أَمَامَكَ), فَاعْتَكَفَ العَشْرَ الأَوْسَطَ فَاعْتَكَفْنَا مَعَهُ, فَأَتَاهُ جِبْرِيْلُ, فَقَالَ: (إِنَّ الَّذِيْ تَطْلُبُ أَمَامَكَ), قَامَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَطِيْباً صَبِيْحَةَ عِشْرِيْنَ مِنْ رَمَضَانَ, فَقَالَ: ((مَنْ كَانَ اعْتَكَفَ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلْيَرْجِعْ, فَإِنِّيْ أُرِيْتُ لَيْلَةَ الْقَدْرِ, وَإِنِّيْ نُسِّيْتُهَا, وَإِنَّهَا فِيْ الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ فِيْ وِتْرٍ, وَإِنِّيْ رَأَيْتُ كَأَنِّيْ أَسْجُدُ فِيْ طِيْنٍ وَمَاءٍ)), وَكَانَ سَقْفُ الْمَسْجِدِ جَرِيْدَ النَّخْلِ, وَمَا نَرَى فِيْ السَّمَاءِ شَيْئاً فَجَاءَتْ قَزَعَةٌ فَأُمْطِرْنَا, فَصَلَّى بِنَا النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَتَّى رَأَيْتُ أَثَرَ الطِّيْنِ وَالْمَاءِ عَلَى جَبْهَةِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَرْنَبَتِهِ تَصْدِيْقَ رُؤْيَاهُ.

"Rasulullah melakukan i'tikaf pada sepuluh hari pertama di bulan Ramadhan, dan kamipun beri'tikaf bersamanya. Lalu Jibril datang dan berkata: "Sesungguhnya apa yang kamu minta (ada) di depanmu," lalu Rasulullah berkhutbah pada pagi hari yang ke dua puluh di bulan Ramadhan dan bersabda: "Barangsiapa yang i'tikaf bersama Nabi, pulanglah. Karena sesungguhnya aku telah diperlihatkan Lailatul Qadr, dan aku sudah lupa. Lailatul Qadr akan terjadi pada sepuluh hari terakhir pada (malam) ganjilnya, dan aku sudah bermimpi bahwa aku bersujud di atas tanah dan air". Saat itu atap masjid (terbuat dari) pelepah daun pohon kurma, dan kami tidak melihat sesuatupun di langit. Lalu tiba-tiba muncul awan, dan kamipun dihujani. Lalu Rasulullah shalat bersama kami, sampai-sampai aku melihat bekas tanah dan air yang melekat di dahi dan ujung hidungnya sebagai pembenaran mimpinya".[10]

Asy Syafi'i berkata: "Hadits ini adalah riwayat paling shahih".[11]

5. Pada Malam Ke Dua Puluh Tiga Pada Bulan Ramadhan.

Sebagaimana hadits Abdullah bin Unais, beliau berkata:

أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: ((أُرِيْتُ لَيْلَةَ الْقَدْرِ ثُمَّ أُنْسِيْتُهَا, وَأَرَانِيْ صُبْحَهَا أَسْجُدُ فِيْ مَاءٍ وَطِيْنٍ)), قَالَ: فَمُطِرْنَا لَيْلَةَ ثَلاَثٍ وَعِشْرِيْنَ, فَصَلَّى بِنَا رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَانْصَرَفَ, وَإِنَّ أَثَرَ الْمَاءِ وَالطِّيْنِ عَلَى جَبْهَتِهِ وَأَنْفِهِ, قَالَ: وَكَانَ عَبْدُ اللهِ بْنُ أُنَيْسٍ يَقُوْلُ: ثَلاَثٍ وَعِشْرِيْنَ.

"Sesungguhnya Rasulullah bersabda: ((Aku telah diperlihatkan Lailatul Qadr kemudian aku dibuat lupa, dan aku bermimpi bahwa aku bersujud di atas tanah dan air)). Maka kami dihujani pada malam yang ke dua puluh tiga, Rasulullah shalat bersama kami, kemudian beliau pergi sedangkan bekas air dan tanah (masih melekat) di dahi dan hidungnya".

Dan Abdullah bin Unais berkata: Dua puluh tiga [12].

6. Pada Malam Ke Dua Puluh Empat Di Bulan Ramadhan.

Sebagaimana hadits Abu Sa'id Al Khudri, berkata:

قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ((لَيْلَةُ الْقَدْرِ لَيْلَةُ أَرْبَعٍ وَعِشْرِيْنَ)).

"Rasulullah bersabda: ((Lailatul Qadr malam yang ke dua puluh empat))" [13].

Ibnu Katsir berkata: "Sanadnya para perawi tsiqat (kuat)" [14].

Demikian juga lafazh hadits yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Ahmad dengan sanadnya dari Bilal.[15]

Kemudian Ibnu Katsir melanjutkan perkataannya (untuk mengomentari hadits Bilal tersebut): "(Pada sanadnya ada) Ibnu Lahi'ah (dan dia) dha'if, dan (hadits ini) tidak sesuai dengan apa yang telah diriwayatkan oleh Al Bukhari dari Ashbagh, dari Ibnu Wahb, dari 'Amr bin Al Harits, dari Yazid bin Abi Habib, dari Abu Al Khair, dari Abu Abdillah Ash Shunaabihi berkata: "Bilal -Mu'adzin Rasulullah- telah memberitahu kepadaku bahwa Lailatul Qadr dimulai malam ke tujuh dari sepuluh hari terakhir (bulan Ramadhan). [16]" Maka hadits yang mauquf ini lebih sah, wallahu a'lam.

Demikian halnya telah diriwayatkan dari Ibnu Mas'ud, Ibnu Abbas, Jabir, Al Hasan, Qatadah, Abdullah bin Wahb (yang semuanya mengatakan) bahwa Lailatul Qadr adalah pada malam yang ke dua puluh empat. [17]

7. Pada Malam Ke Dua Puluh Lima Di Bulan Ramadhan.

Sebagaimana hadits Abdullah bin Abbas, beliau berkata:

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: اِلْتَمِسُوْهَا فِيْ الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ, فِيْ تَاسِعَةٍ تَبْقَى, فِيْ سَابِعَةٍ تَبْقَى, فِيْ خَامِسَةٍ تَبْقَى.

"Nabi bersabda: Carilah Lailatul Qadr di bulan Ramadhan, pada sembilan malam yang tersisa, tujuh malam yang tersisa, lima malam yang tersisa" [18].

8. Pada Malam Ke Dua Puluh Tujuh Pada Bulan Ramadhan.

Sebagaimana hadits yang di keluarkan oleh Imam Muslim dari Ubay bin Ka'b:

عَنْ عَبْدَةَ وَعَاصِمِ بْنِ أَبِيْ النُّجُوْدِ سَمِعَا زِرَّ بْنَ حُبَيْشٍ يَقُوْلُ: سَأَلْتُ أُبَيَّ بْنَ كَعْبٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ, فَقُلْتُ: إِنَّ أَخَاكَ ابْنَ مَسْعُوْدٍ يَقُوْلُ: مَنْ يُقِمْ الحَوْلَ يُصِبْ لَيْلَةَ القَدْرِ, فَقَالَ: رَحِمَهُ اللهُ, أَرَادَ أَنْ لاَ يَتَّكِلَ النَّاسُ, أَمَا إِنَّهُ قَدْ عَلِمَ أَنَّهَا فِيْ رَمَضَانَ, وَأَنَّهَا فَيْ الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ, وَأَنَّهَا لَيْلَةُ سَبْعٍ وَعِشْرِيْنَ. ثُمَّ حَلَفَ لاَ يَسْتَثْنِيْ أَنَّهَا لَيْلَةُ سَبْعٍ وَعِشْرِيْنَ, فَقُلْتُ: بِأَيِّ شَيْءٍ تَقُوْلُ ذَلِكَ يَا أَبَا الْمُنْذِرِ؟ قَالَ: بِالْعَلاَمَةِ أَوْ بِالآيَةِ الَّتِي أَخْبَرَنَا رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, أَنَّهَا تَطْلُعُ يَوْمَئِذٍ لاَ شُعَاعَ لَهَا.

"Dari Abdah dan Ashim bin Abi An Nujud, mereka mendengar Zirr bin Hubaisy berkata: Aku pernah bertanya Ubai bin Ka'b, maka aku berkata: "Sesungguhnya saudaramu Ibnu Mas'ud berkata, barangsiapa yang mendirikan (shalat malam) selama setahun, pasti akan mendapatkan Lailatul Qadr." Ubay bin Ka'b berkata: "Semoga Allah merahmatinya, beliau bermaksud agar orang-orang tidak bersandar (pada malam tertentu untuk mendapatkan Lailatul Qadr, Pen), walaupun beliau sudah tahu bahwa malam (Lailatul Qadr) itu di bulan Ramadhan, dan ada pada sepuluh malam terakhir, dan pada malam yang ke dua puluh tujuh". Kemudian Ubay bin Ka'b bersumpah tanpa istitsna' [19], dan yakin bahwa malam itu adalah malam yang ke dua puluh tujuh. Aku (Zirr) berkata: "Dengan apa (sehingga) engkau berkata demikian, wahai Abu Al Mundzir? [20]" Beliau berkata: "Dengan tanda yang pernah Rasulullah kabarkan kepada kami, yaitu (matahari) terbit (pada pagi harinya) tanpa sinar (yang terik)".[21]

Juga hadits Abdullah bin Umar:

عَنْ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا أَنَّ رِجَالاً مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أُرُوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِيْ الْمَنَامِ فِيْ السَّبْعِ الأَوَاخِرِ, فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ((أَرَى رُؤْيَاكُمْ قَدْ تَوَاطَأَتْ فِيْ السَّبْعِ الأَوَاخِرِ, فَمَنْ كَانَ مُتَحَرِّيَهَا فَلْيَتَحَرَّهَا فِيْ السَّبْعِ الأَوَاخِرِ)).

"Dari Ibnu Umar, bahwa beberapa orang sahabat Nabi diperlihatkan (mimpi) Lailatul Qadr pada tujuh malam terakhir, lalu Rasulullah bersabda: "Aku kira mimpi kalian telah bersesuaian pada tujuh malam terakhir. Maka barangsiapa yang ingin mendapatkannya, carilah pada tujuh malam terakhir" [22].

Demikian pula hadits Mu'awiyah bin Abi Sufyan:

عَنْ مُعَاوِيَةَ بْنِ أَبِيْ سُفْيَانَ, عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِيْ لَيْلَةِ الْقَدْرِ قَالَ: ((لَيْلَةُ الْقَدْرِ لَيْلَةُ سَبْعٍ وَعِشْرِيْنَ)).

"Dari Mu'awiyah bin Abi Sufyan, dari Nabi dalam (masalah) Lailatul Qadr bersabda: "Lailatul Qadr pada malam ke dua puluh tujuh" [23]

Ibnu Katsir berkata: "Dan ini (Lailatul Qadr adalah malam ke dua puluh tujuh) adalah pendapat sebagian ulama salaf, pendapat madzhab Ahmad bin Hanbal, dan riwayat dari Abi Hanifah. Juga telah diriwayatkan dari sebagian Salaf, mereka berusaha mencocokkan malam Lailatul Qadr dengan malam yang ke dua puluh tujuh dengan firman Allah ( هِيَ) . Karena, kata ini adalah kata yang ke dua puluh tujuh dari surat Al Qadr. Wallahu a'lam". [24]

9. Pada Malam Ke Dua Puluh Sembilan Pada Bulan Ramadhan.

Sebagaimana hadits Abu Hurairah, berkata:

أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ فِيْ لَيْلَةِ الْقَدْرِ: إِنَّهَا لَيْلَةُ سَابِعَةٍ أَوْ تَاسِعَةٍ وَعِشْرِيْنَ, إِنَّ الْمَلاَئِكَةَ تِلْكَ اللَّيْلَةَ فِيْ الأَرْضِ أَكْثَرَ مِنْ عَدَدِ الْحَصَى.

"Sesungguhnya Rasulullah bersabda tentang Lailatul Qadr: "Sesungguhnya malam itu malam yang ke (dua puluh) tujuh atau ke dua puluh sembilan. Sesungguhnya, malaikat pada malam itu, lebih banyak dari jumlah butiran kerikil (pasir)" [25].

Juga hadits 'Ubadah bin Shamit:

عَنْ عُبَادَةَ بْنِ الصَّامِتِ, أَنَّهُ سَأَلَ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ لَيْلَةِ الْقَدْرِ, فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ((فِيْ رَمَضَانَ, فَالْتَمِسُوْهَا فِيْ الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ, فإِنَّهَا فَيْ وِتْرٍ, فِيْ إِحْدَى وَعِشْرِيْنَ, أَوْ ثَلاَثٍ وَعِشْرِيْنَ, أَوْ خَمْسٍ وَعِشْرِيْنِ, أَوْ سَبْعٍ وَعِشْرِيْنَ, أَوْ تِسْعٍ وَعِشْرِيْنَ, أَوْ فِيْ آخِرِ لَيْلَةٍ, فَمَنْ قَامَهَا ابْتِغَاءَهَا إِيْمَاناً وَاحْتِسَاباً ثُمَّ وُفِّقَتْ لَهُ غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَمَا تَأَخَّرَ)).

"Dari Ubadah bin Ash Shamit, beliau bertanya kepada Rasulullah tentang Lailatul Qadr, maka Rasulullah bersabda: "Di bulan Ramadhan. Maka carilah ia pada sepuluh malam terakhir. Karena malam (Lailatul Qadr) itu (terjadi) pada malam-malam ganjil, pada malam ke dua puluh satu, atau dua puluh tiga, atau dua puluh lima, atau dua puluh tujuh, atau dua puluh sembilan, atau pada akhir malam (bulan Ramadhan). Barangsiapa yang menghidupkan malam itu untuk mendapatkannya dengan penuh harapan (pada Allah) kemudian dia mendapatkannya, akan diampuni dosa-dosanya yang terdahulu dan yang akan datang" [26].

10. Pada Malam Terakhir Pada Bulan Ramadhan.

Sebagaimana hadits Ubadah bin Ash Shamit [27] di atas, dan hadits Abu Bakrah:

عَنْ عُيَيْنَةَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ قَالَ: حَدَّثَنيِ أبِيْ قَالَ: ذَكَرْتُ لَيْلَةَ الْقَدْرِ عِنْدَ أَبِيْ بَكْرَةَ فَقَالَ: مَا أناَ مُلْتَمِسُهَا لِشَيْءٍ سَمِعْتهُ مِنْ رَسُوْلِ الله صَلىَّ الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلاَّ فِيْ الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ فَإِنِّيْ سَمِعْتُهُ يَقُوْلُ: ((اِلْتَمِسُوْهَا فَيْ تِسْعٍ يَبْقَيْنَ, أَوْ فِيْ سَبْعٍ يَبْقَيْنَ, أَوْ فِيْ خَمْسٍ يَبْقَيْنَ, أَوْ فِيْ ثَلاَثٍ, أَوْ آخِرِ لَيْلَةٍ)), قَالَ: وَكَانَ أَبُوْ بَكْرَةَ يُصَلِّيْ فِيْ الْعِشْرِيْنَ مِنْ رَمَضَانَ كَصَلاَتِهِ فِيْ سَائِرِ السَّنَةِ, فَإذا دَخَلَ الْعَشْرَ اِجْتَهَدَ.

"Dari Uyainah bin Abdurrahman, ia berkata: "Ayahku telah mengkhabarkan kepadaku, (ia) berkata, aku menyebutkan tentang Lailatul Qadr kepada Abu Bakrah, maka beliau berkata, tidaklah aku mencari malam Lailatul Qadr dengan suatu apapun yang aku dengarkan dari Rasulullah, melainkan pada sepuluh malam terakhir; karena sesungguhnya aku mendengarkan beliau berkata: 'Carilah malam itu pada sembilan malam yang tersisa (di bulan Ramadhan), atau tujuh malam yang tersisa, atau lima malam yang tersisa, atau tiga malam yang tersisa, atau pada malam terakhir'," berkata Abdurrahman: "Dan Abu Bakrah shalat pada dua puluh hari pertama di bulan Ramadhan seperti shalat-shalat beliau pada waktu-waktu lain dalam setahun, tapi apabila masuk pada sepuluh malam terakhir, beliau bersungguh-sungguh" [28].

Hadits yang serupa telah diriwayatkan dari Mu'awiyah [29].

Inilah waktu-waktu yang diterangkan di berbagai kitab-kitab tafsir maupun hadits. Jika kita perhatikan, banyak hadits-hadits shahih yang menerangkan, bahwa kemungkinan terbesar terjadinya Lailatul Qadr ialah malam-malam ganjil pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan, terutama pada malam ke dua puluh satu dan dua puluh tujuh.

Muhammad Amin Asy Syinqithi berkata: "Tidak pernah ada ketentuan (pembatasan) yang memastikan waktu terjadinya malam itu (Lailatul Qadr) pada bulan Ramadhan. Para ulama telah banyak membawakan pendapat (perkataan) dan nash-nash. Di antara perkataan (para ulama) tersebut ada yang sangat umum. (Bahwa Lailatul Qadr) mungkin terjadi pada setahun penuh, akan tetapi ini tidak mengandung hal yang baru. Perkataan ini dinisbatkan kepada Ibnu Mas'ud, tetapi (sebetulnya) maksudnya ialah (agar manusia) bersungguh-sungguh (dalam mencarinya). Ada yang mengatakan bahwa malam itu (mungkin) terjadi pada bulan Ramadhan seluruhnya. (Mereka) berdalil dengan keumuman nash-nash Al Qur`an. Ada pula yang berkata, Lailatul Qadr mungkin terjadi pada sepuluh malam terakhir. Pendapat ini lebih khusus dari sebelumnya. Dan ada yang berpendapat, malam itu terjadi pada malam-malam ganjil dari sepuluh malam terakhir tersebut. Maka dari sini, ada yang berpendapat pada malam ke dua puluh satu, ke dua puluh tiga, ke dua puluh lima, ke dua puluh tujuh, ke dua puluh sembilan, dan malam terakhir, sesuai dengan masing-masing nash yang menunjukkan terjadinya Lailatul Qadr pada malam-malam ganjil tersebut. Akan tetapi, yang paling mashur dan shahih (dari nash-nash tersebut) adalah pada malam ke dua puluh tujuh dan dua puluh satu… (Dengan demikian), apabila seluruh nash yang menerangkan Lailatul Qadr pada malam-malam ganjil tersebut semuanya shahih, maka besar kemungkinan Lailatul Qadr terjadi pada malam-malam ganjil tersebut. Dan bukan berarti malam Lailatul Qadr tersebut tidak berpindah-pindah, akan tetapi (ada kemungkinan), dalam tahun ini terjadi pada malam ke dua puluh satu, dan pada tahun berikutnya pada malam ke dua puluh lima atau dua puluh tujuh, dan pada tahun yang lainnya lagi terjadi pada malam ke dua puluh tiga atau dua puluh sembilan, dan begitulah seterusnya. Wallahu a'lam"[30]

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 07-08/Tahun IX/1426/2005M. Penerbit Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo-Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-7574821]_______

Footnote

[1]. Dan hal ini ada hikmahnya, sesuai dengan hadits yang telah berlalu dalam Shahih Al Bukhari (2/711 no.1919 & 5/2248 no.5705) dari Ubadah bin Shamit: (وَعَسَى أَنْ يَكُوْنَ خَيْراً لَكُمْ), "dan mudah-mudahan hal itu lebih baik untuk kalian", sehingga Ibnu Katsir berkata: "Maksudnya adalah ketidaktahuan kalian terhadap kapan terjadinya Lailatul Qadr itu lebih baik bagi kalian, karena hal itu membuat orang-orang yang betul-betul ingin mendapatkannya akan berusaha dengan sungguh-sungguh beribadah di setiap kemungkinan waktu terjadinya Lailatul Qadr tersebut, maka dia akan lebih banyak melakukan ibadah-ibadah. Lain halnya jika waktu Lailatul Qadr sudah diketahui, kesungguhan pun akan berkurang dan dia akan beribadah pada waktu malam itu saja". (Lihat Tafsir Al Qur'an Al Azhim (8/451).

[2]. Al Hafizh Ibnu Hajar di kitabnya Fathul Bari (4/262-266) membawakan lebih dari empat puluh lima pendapat ulama yang berkaitan dengan keterangan kemungkinan waktu-waktu terjadinya Lailatul Qadr.

[3]. Tafsir Al Quran Al Azhim (8/447). Dan kami tidak mendapatkan atsar yang menerangkan hal

Saturday, August 4, 2012

KISAH HARIMAU DAN PRAJURIT

"KATA-KATA HIKMAH" wrote:

KISAH HARIMAU DAN PRAJURIT

Alkisah, di sebuah kerajaan, sang raja mempunyai kegemaran yang tidak lazim, yakni mengukur kekuatan prajuritnya dengan cara mengadu mereka di arena aduan dengan binatang buas. Banyak tentara yang mati sia-sia karena kesenangan yang mengerikan dari raja mereka. Tetapi, tidak ada seorang pun yang berani menentangnya. Karena, menentang perintah raja berarti mati!

Suatu ketika, hari aduan kembali tiba. Telah disiapkan prajurit dan hewan buas. Dari kejauhan, terdengar suara raungan marah dan lapar seekor harimau, sehingga membuat siapa pun yang mendengar menjadi ciut nyalinya, apalagi prajurit yang akan diadu.

Setelah sang raja duduk di tempatnya, seorang prajurit pun melangkah memasuki arena aduan dengan kepasrahan sembari berdoa, siapa tahu keberuntungan memihaknya hingga tak perlu meregang nyawa. Tak berapa lama, pintu kandang harimau pun dibuka. Segera si harimau mengaum sambil melangkahkan kakinya masuk ke arena dengan sikap waspada.

Beberapa saat, aroma ketegangan pun menghiasi suasana. Si prajurit segera menyiapkan diri untuk mempertahankan diri dari serangan harimau. Namun, sebuah keanehan terjadi. Harimau yang terlihat ganas bukannya segera menyerang dan siap memakan mangsanya, tetapi dia malah berputar mengendus-endus mengitari si prajurit tanpa menunjukkan sikap bermusuhan sama sekali.

Anehnya lagi, harimau justru berusaha mendekat ke prajurit yang tadi sudah siap melawan harimau. Prajurit makin terheran dengan tindakan harimau yang lantas menjulurkan lidahnya dan menjilat kaki si prajurit tanpa bermaksud menyakiti sedikit pun. Arena aduan pun menjadi heboh.

Raja segera memerintahkan membawa si prajurit ke hadapannya. "Hai prajurit! Apa yang telah kamu lakukan kepada harimau kelaparan itu sehingga dia tidak melahapmu, malah seakan dia tunduk dan menghormatimu? Ilmu apa gerangan yang kamu pakai? Segera beritahu rajamu ini," perintah sang raja.

"Ampun baginda. Hamba juga tidak mengerti apa yang terjadi. Hamba hanya pasrah sembari bersiap menghadapi kemungkinan terburuk yang terjadi. Tetapi, setelah melihat harimau yang tiba-tiba mendekati tanpa terlihat ingin menyerang, hamba juga segera menghentikan niat hamba mempertahankan diri. Saat itu, kemudian hamba teringat sebuah peristiwa. Dahulu sekali, hamba pernah menyelamatkan dan mengobati seekor harimau kecil yang sedang diburu dan terluka. Dan sangat mungkin, harimau kecil itu adalah harimau yang sama yang ada di arena tadi. Kebaikan masa lalu yang telah hamba perbuat dan tidak pernah hamba ingat, ternyata telah menyelamatkan hidup hamba hari ini."

Pembaca yang luar biasa,

Kisah di atas adalah gambaran nyata dari pepatah "kita menuai apa yang kita tanam." Dan, meski cerita tadi sulit dipercaya, tetapi peristiwa semacam itu bisa terjadi di kehidupan nyata. Semua hal tersebut berhubungan dengan hukum universal tentang sebab-akibat. Walaupun kita lupa pernah berbuat baik kepada orang lain, tapi hukum Tuhan tidak pernah lupa. Pada saatnya kelak, kita pasti akan menerima kebaikan-kebaikan yang sepadan, bahkan melebihi apa yang pernah kita lakukan.

Begitu juga sebaliknya. Kita boleh saja lupa pernah berbuat jahat pada orang lain. Namun, bila saatnya telah tiba, kita pasti akan menerima ganjaran yang setimpal dengan perbuatan kita. Hal tersebut sejalan dengan keyakinan dan ajaran yang harus kita praktikkan, yaitu menjauhkan diri dari berbuat kejahatan yang merugikan orang lain dan selalu berbuat baik dan membantu sesama makhluk.

Untuk itu, mari terus menanamkan benih kebaikan di setiap kesempatan yang ada, baik pada lingkungan terdekat kita maupun pada sesama. Niscaya, kita akan mampu menjalani hidup dengan penuh kedamaian, kebahagiaan, dan keharmonisan.

Friday, August 3, 2012

When You ..

Nosheen Khalid wrote:

When your hurt by people who share the same blood as you, then just remember Yusuf (as), who was betrayed by his own brothers.

If you find your parents opposing you, remember Ibrahim (as), whose father led him to the fire.

If your stuck with a problem where there's no way out, remember Yunus (as), stuck in the belly of a whale.

If your ill & your body cries with pain, remember Ayoob (as) who was more ill then you.

When someone slanders you, remember Ai'sha (ra) who was slandered throughout the city.

When your lonely, recall Aadam (as) who was created alone.

When you can't see any logic around you, think of Nuh (as) who built an ark without questioning.

If you are mocked by your own relatives then think of prophet Muhammad (saws).

Allah (swt) put these prophets to trial, so that later generations may learn a lesson of patience & perseverance.

OMBAK BESAR DAN OMBAK KECIL

"KATA-KATA HIKMAH" wrote:

OMBAK BESAR DAN OMBAK KECIL

Alkisah, di tengah samudra yang luas, saat air laut pasang, tampak ombak besar bergulung-gulung dengan gemuruh suaranya yang menggelegar, seakan ingin menyatakan keberadaan dirinya yang besar dan gagah perkasa.

Sementara itu, jauh di belakang gelombang ombak besar, terdengar gemericik suara ombak kecil bersusah payah mengikuti jejak si ombak besar. Tertatih-tatih, mengekor hempasan ombak besar.

Si ombak kecil merasa dirinya begitu kecil, lemah, tidak berdaya, dan tersisih di belakang. Sungguh, terasa menyakitkan.
Dengan suaranya yang lemah, kurang percaya diri, ombak kecil bertanya kepada ombak besar. Maka sayup-sayup, terdengar serangkaian percakapan di antara mereka.

"Hai ombak besar...! Aku ingin bertanya kepadamu...! Mengapa engkau begitu besar, begitu kuat, dan gagah perkasa? Sementara lihatlah diriku... begitu kecil, lemah, dan tidak berdaya. Aku ingin seperti kamu!"

Ombak besar pun menjawab, "Sahabatku, kamu mengganggap dirimu kecil dan tidak berdaya. Sebaliknya, kamu mengganggap aku begitu hebat dan luar biasa. Anggapanmu itu muncul karena kamu belum sadar dan belum mengerti jati dirimu yang sebenarnya!"

"Jati diri? Kalau jati diriku bukan ombak kecil, lalu apa...?" timpal ombak kecil.

Ombak besar meneruskan, "Memang di antara kita terasa berbeda, tetapi sebenarnya jati diri kita adalah sama! Kamu bukan ombak kecil, aku pun juga bukan ombak besar. Ombak kecil dan ombak besar adalah sifat kita yang sementara. Jati diri kita yang sejati adalah air. Bila kamu bisa menyadari bahwa kita sama-sama air, maka kamu tidak akan menderita lagi. Kamu adalah air, setiap waktu kamu bisa menikmati menjadi ombak besar seperti aku: kuat, gagah, dan perkasa."

Netter yang Luar Biasa!

Sebagai manusia, sering kali kita terjebak dalam kebimbangan akibat situasi sulit yang kita hadapi. Yang sesungguhnya, itu hanyalah pernak-pernik atau tahapan dalam perjalanan kehidupan. Seringkali kita memvonis (keadaan itu) sebagai suratan takdir, lalu muncullah mitos: "Aku tidak beruntung", "Nasibku jelek", "Aku orang gagal". Bahkan ada yang menganggap kondisi tersebut sebagai bentuk ketidakadilan Tuhan!

Dengan memahami bahwa jati diri kita adalah sama-sama manusia, tidak ada alasan untuk merasa kecil dan kerdil dibandingkan dengan orang lain. Karena sesungguhnya, kesuksesan, kesejahteraan, dan kebahagiaan bukan monopoli orang-orang tertentu. Jika orang lain bisa sukses, kita pun juga bisa sukses!

Kesadaran tentang jati diri, bila telah ditemukan, maka di dalam diri kita akan timbul daya dorong dan semangat hidup yang penuh gairah; sedahsyat ombak besar di samudra nan luas, siap menghadapi setiap tantangan dan mengembangkan potensi terbaik demi menapaki puncak tangga kesuksesan.

Thursday, August 2, 2012

Kesabaran

Kesabaran yang terlampau sering terganggu, meletus menjadi kemarahan yang tiada taranya

Kunci semua hal adalah kesabaran, bukankah anda memperoleh anak ayam dengan jalan mengeram terlebih dahulu dan bukannya dengan memecahkannya

Kesabaran itu pahit, tetapi buahnya manis

Kalau kita kehilangan kesabaran, lawan mendapat kesempatan menghujamkan senjatanya yang paling tajam

Kesabaran adalah kekayaan setiap orang yang tidak dapat dicuri oleh sesiapa pun juga

Kesuksesan terkadang bergantung pada pemahaman jumlah waktu yang diperlukan bagi memperoleh hasil

Kesabaran adalah bunga yang tidak tumbuh di semua kebun

Kebanyakan orang membuat anda sibuk mendengarkan kesulitan mereka tanpa membiarkan anda mempunyai waktu bagi mengutarakan kesulitan anda sendiri

Kesabaran dan tawakal adalah minyak pelincir bagi roda kehidpan

Apabila kesabaran dan rasa terima kasih adalah dua ekor unta betina, yang mana satu perlu kutunggang tidak menjadi masalah

Inti daripada kejernihan akal fikiran adalah adanya sifat penyantun, sedangkan landasan daripada semua perkara adalah kesabaran

Dengan kesabaran kita memperoleh hasil lebih daripada kekuatan kita

Berakhlaklah kamu dengan akhlakku. Salah satu daripada akhlak-akhlakku adalah aku sangat sabar

Betapa susah orang yang tidak punya kesabaran, segala luka hanya dapat sembuh secara perlahan-lahan

Berhati-hatilah dengan orang yang sangat sabar

Anda lebih berhasil apabila menggunakan kesabaran daripada hanya menggunakan bakat

Anda jangan terlalu menginginkan semua berlangsung seperti yang anda kehendaki, tetapi sabarlah dengan kejadian yang berlangsung sebagai apa yang sudah berlangsung sehingga anda tenang dan tenteram

Segala kekejaman, bersumber kelemahan

Jangan membebani kenangan kita dengan kesusahan yang lalu

Yang sukar bagi manusia adalah mengenal dirinya sendiri

Dari http://1001mutiarakata.com/

Murid Si Pematung

Murid Si Pematung

Alkisah, di pinggir sebuah kota, tinggal seorang seniman pematung yang sangat terkenal di seantero negeri. Hasil karyanya yang halus, indah, dan penuh penghayatan banyak menghiasi rumah-rumah bangsawan dan orang-orang kaya di negeri itu. Bahkan, di dalam istana kerajaan hingga taman umum milik pemerintah pun, dihiasi dengan patung karya si seniman itu.

Suatu hari, datang seorang pemuda yang merasa berbakat memohon untuk menjadi muridnya. Karena niat dan semangat si pemuda, dia diperbolehkan belajar padanya. Bahkan, ia juga diizinkan untuk tinggal di rumah si pematung.

Sejak hari itu, mulailah dia belajar dengan tekun: mengukur ketepatan bahan adonan semen, membuat rangka, cara menggerakkan jari-jari tangan, dan mengenali setiap tekstur sesuai bentuk dan jenis benda yang akan dibuat patung, dan berbagai kemampuan mematung lainnya.

Setelah belajar sekian lama, si murid merasa tidak puas. Sebab, menurutnya, hasil patungnya belum bisa menyamai keindahan patung gurunya. Dia pun kemudian menganalisa dengan saksama, lantas memutuskan meminjam alat-alat yang biasa dipakai gurunya. Dia berpikir, rahasia kehebatan sang guru pasti di alat-alat yang dipergunakan.

"Bolehkan saya meminjam alat-alat yang biasa Bapak pakai untuk mematung? Saya ingin mencoba membuat patung dengan memakai alat-alat yang selalu dipakai guru agar hasilnya bisa menyamai patung buatan Bapak."

"Silakan pakai, kamu tahu letak alat-alat itu kan? Ambil saja dan pakailah," jawab sang guru sambil tersenyum.

Selang beberapa hari, dengan wajah lesu si murid mendatangi gurunya dan berkata, "Saya sudah berusaha dan berlatih dengan tekun sesuai petunjuk Bapak, juga memakai alat-alat yang biasa dipakai Bapak. Kenapa hasilnya tetap tidak sebagus patung yang Bapak buat?"

Sang guru menjawab dengan lembut, "Bapak sudah belajar dan berlatih membuat patung selama puluhan tahun. Bapak mengamati benda-benda, mencermati setiap gerak dan tekstur, kemudian berusaha menuangkannya ke dalam karya seni dengan segenap hati dan seluruh pikiran. Tidak terhitung berapa kali kegagalan yang telah dibuat, tapi tidak pernah pula Bapak berhenti mematung hingga hari ini. Bukan alat-alat bantu canggih yang kamu butuhkan untuk menjadi seorang pematung handal, tetapi jiwa seni dan semangat untuk menekuninya yang harus kamu punyai. Dengan begitu, lambat laun kamu akan terlatih dan menjadi pematung yang baik."

"Terima kasih Pak, saya berjanji akan terus berlatih, mohon bersabar mengajari saya."

Netter yang Luar Biasa,

Untuk menciptakan sebuah maha karya, tidak cukup hanya mengandalkan talenta semata. Kita butuh proses belajar dan ketekunan berlatih bertahun-tahun. Bahkan, meski dibantu alat-alat secanggih apapun, hasil yang didapat sebenarnya sangat tergantung pada tangan-tangan terampil dan terlatih yang menggerakkannya.

Demikian pula dalam kehidupan ini, jika ingin meraih prestasi yang gemilang, ada "harga" yang harus kita bayar! Apapun bidang yang kita geluti, apapun talenta yang kita miliki, kita membutuhkan waktu, fokus dan kesungguhan hati dalam mewujudkannya hingga tercapai kesuksesan yang membanggakan! Yakinlah Allah SWT mengiringi setiap langkah kita dan berdoa-lah selalu.

Dari Kata-kata Hikmah facebook